Banyak
orang mengatakan, kala orang sudah menikah, saat itulah ia tidak lagi
berkembang hidupnya. Artinya, dia sudah tidak menjadi apa-apa selain apa yang
ia miliki ketika menikah. Gejala atas persepesi tersebut mudah sekali dibaca
dalam praktik masyarakat kita. Terutama dari pihak perempuan yang akan menikah.
Orang tuanya kadang baru mengijinkan anaknya diserahkan kepada calon suami,
untuk dinikahi, setelah selesai studi, dapat kerja, atau menunggu si laki-laki
mapan terlebih dulu.
Ini
biasanya yang menjadikan seorang laki-laki menunda menikah hingga
bertahun-tahun, walau pacaran sudah dilalui sekian tahun. Ya, mereka ragu
melangkah menikah karena risiko-risiko yang rasional. Salahkah? Tidak. Setiap
kita membutuhkan perencanaan hidup beserta kepastiannya. Namun, apa yang pasti
dalam hidup kita kecuali mati?
Di
bawah ini, saya mengulas beberapa hal yang menjadikan orang beruntung karena menikah secara ikhlas.
Pertama, bagi saya,
menikah itu justru memberikan jalan rejeki yang, bahkan kita sendiri, tidak
bisa memprediksi dari mana jalannya. Banyak pasangan terbukti jadi kaya raya,
sukses dalam hidup dan karir justru setelah ia menikah. Rasionalitasnya
gampang. Menikah adalah menyatunya dua akal suami dan istri. Ketika masih
membujang, kita hanya punya satu pemikiran saja dalam memutuskan banyak hal.
Risikonya juga diitanggung oleh kita sendiri. Tapi, kala menikah, masalah yang
ada, tentu akan dihadapi bersama: suami dan istri.
Ini
mengingatkan saya pada Wright bersaudara, pencipta kapal terbang pertama.
Seorang ilmuan mengatakan penemuan pesawat terbang yang dulunya dianggap
mustahil, jadi nyata karena dikerjakan oleh dua otak manusia yang saling
bekerjasama.
Dalam
hubungan suami istri pun, saya pikir demikian. Hal yang dulunya tidak bisa
dikerjakan dewekan (personal), kini bisa dikerjakan secara bersama, dalam suka
maupun duka. Bukti konkrit yang bisa saya haturkan kepada Anda adalah anak.
Hehe. Anak adalah hasil produksi cinta kasih antara suami dan istri, yang tidak
mungkin terjadi tanpa ada ikatan pernikah (saya tidak sedang membicarakan LKMD
[Lamar Kari, Meteng Disik/ Lamar Belakangan, Hamil Duluan]).
Kedua, karena menikah,
banyak orang dimudahkan jalannya. Terutama soal rejeki. Di banyak kesempatan,
saya sering menjumpai seorang suami, yang ketika perjaka, dia tak punya
apa-apa, namun setelah menikah ia mudah sekali mendapatkan sumber rejeki.
Adakalanya jalan itu datang dari mertua, ada kalanya datang dari istri.
Mendapatkan
mertua kaya yang baik hatinya, itu anugerah. Anda sebagai menantu tentu akan
dibimibing untuk berbisnis sebagaimana yang telah dilakukan selama ini. Tanpa
menikah, apa Anda akan dibantu secara suka rela? Bahkan, di tempat saya
tinggal, ada mertua yang rela menggadaikan hektar tanahnya bernilai 6 Milyar
untuk menantunya yang mulai berbisnis. Wow. Artinya, mertua ternyata bisa jadi
sahabat baik “mengutang tanpa agunan”. Hehe
Istri
juga bisa jadi sumber lahirnya rejeki, bagitu juga sebaliknya, suami.
Praktiknya begini: ada seorang laki-laki yang tidak pernah berbisnis sama
sekali. Ia nol soal bisnis. Tapi istrinya kebetulan seorang yang pandai
berhitung soal keuntungan dan kesempatan bisnis, walau belum pernah berbisnis.
Istri jadi komandan, suami jadi prajurit. Soal rejeki. Pemikiran awal datang
dari istri, sementara eksekusi lapangan, diambil suami. Ini banyak terjadi.
Saya
punya teman laki-laki. Ia tidak pandai bernisnis. Kata orang, ia kurang cocok
menekuni dunia bisnis. Cocoknya guru. Namun istrinya luwes sekali bergaul dengan
orang. Mulailah ia jualan kayu gelondongan. Pelanggannya banyak. Suami hanya
berperan jaga toko kayu. Istrinya berperan sebagai kalkulator bisnis dan
marketing utama. Apa yang terjadi, kini si laki-laki yang dulu tak punya
apa-apa, miskin, bisa membiayai orang tua naik haji tiga kali berkat usaha
gono-gini (Jawa: Patunggaeng).
Cepatlah
menikah agar jadi kaya!
[MasBad]
♥♡
BalasHapusIni yg nulis nikah aj m aku hehe
HapusMnt no.nya dong
BalasHapusSy pngn amalan cpt dpt jodoh